Sabtu, 26 November 2011

Kenapa "Cincin"?


Kadang, sebagai makhluk ciptaan Tuhan, aku bingung dengan kelakuan makhluk-makhluk lain yang satu spesies sama aku: manusia. Dan sebagai remaja abnormal, aku selalu pengen tau, juga sering dihantui pertanyaan-pertanyaan nggak jelas. Salah satu dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah: “Kenapa kalo orang tunangan, mereka paling sering tukeran cincin?”

Nah, percaya nggak percaya, yang penting aku udah berusaha jujur nyeritain ini:

Jadi suatu hari, pas lagi jam kosong di sekolah, aku beneran nanya sama temenku soal “cincin tunangan” itu.

“Bah, kenapa sih, kalo orang tunangan seringnya tukeran cincin? Kenapa bukan yang lain?” tanyaku pada Adibah, temenku sebangku.

“Yah, kalo bukan cincin, kalung juga bisa. Emang kenapa sih, nanyanya gitu amat?” jawab dia sewot.

“Oh, gitu. Ga pa-pa, pengen tau aja,” balasku. Terus, karena merasa belum puas dengan jawaban Adibah, aku nengok ke belakang dan nanya sama Nur, anak yang duduk di belakangku pas.

“Nur, kenapa ya, kok, orang tunangan itu seringnya tukeran cincin?”

Nur diam bentar, terus ngomong,” Emang besok kalo misalnya kamu tunangan, kamu mau tukeran apa?” Dia malah balik nanya. 

Aku mikir sebentar. Waktu itu aku kepingin banget beli  jam tangan Morgan yang ada ikon “hati”(love)-nya. Girly banget, gitu. Jadi aku jawab ngasal aja ke Nur, “Tukeran jam tangan.”

Nur manggut-manggut. Nih anak sebenernya connect gak sih, sama yang aku tanyain?

Tiba-tiba, nengok tak dijawil, datang tak dipanggil, Aulia nimbrung. Aulia adalah cewek kelahiran Pasuruan yang duduk satu bangku sama Nur. Dia menjelaskan alasannya dengan bahasa yang teramat tinggi, “Winda, barang yang dipake buat tukeran tunangan itu, barang yang awet, yang nggak gampang rusak. Gitu.”

Aku dan Nur bengong. Adibah nengok ke belakang, celingukan mencari angkot (Kok bisa ada angkot di kelas?). Enggak, lah!

Setelah diem cukup lama, Nur akhirnya ngomong lagi, “Jam tangan itu kalo batere-nya habis, jamnya mati. Jadi nggak awet.”

Aku jawab spontan, “Cincin bisa karatan.”

“Sampe kiamat, emas nggak bakal karatan, BEGO!” kata Adibah yang mulai sebel sama aku.

“Oh, mungkin Winda besok tunangannya mau pake cincin besi,” jawab Nur polos. Aulia ketawa garing.

 “Kalo gelang? Kenapa cincin, kenapa kalung? Kenapa bukan gelang aja?” aku nanya lagi.

“Cowok dipakein gelang jadinya—Bencong!” Aulia ngomong, habis itu ketawa sendiri. Agak stress dia.

“Cowok juga kalo diliat-liat, nggak pantes pake cincin!” kata Adibah, nggak mau kalah.

“Ya udah, besok aku mau tunangan pake cincin yang ada batu akik-nya,” aku berusaha melerai.

“Terserah, deh,” Adibah malah cuek.

“Terus?” aku nanya lagi. Emang dasar kelainan.

“Terus apanya?” Nur tanya balik, masih dengan ekspresi muka yang polos.

Aku bilang, “Terus, kenapa nggak ada yang kreatif dikit? Inisiatif gitu, bikin perbedaan dalam dunia pertunangan. Biar tunangannya jadi unik. Kan, bosen kalo tiap kali ada orang tunangan tukerannya cincin mulu.”

Aulia bilang dengan nada sebel,”Iiih… Kamu sinting apa gila, sih?”

“AUTIS!” bales Adibah jengkel.

Nur kayaknya juga udah mulai sebel. Entah penyakit apa yang aku derita selama ini. Karena tiap kali aku nanya sesuatu dan jawabannya belum memuaskan, aku bakal ngejar dan nanya terus kayak gini. Sementara Adibah keliatan lagi mikir. Tak lama kemudian Adibah bilang dengan muka serius,”Winda. Kalo orang tunangan tukeran alat kelamin, pasti susahnya setengah mati, dong!” 

Aku speechless. Entah karena takjub atau apa aku sendiri nggak tau. Sedangkan Aulia dan Nur udah ngakak nggak ketulungan. Adibah, dia sendiri diem ngeliatin aku yang lagi berusaha mencerna kata-katanya tadi, bener juga. Padahal dalam hati Adibah ngomong,” Haduuh… Idiot emang susah sembuhnya.”  

Tari-tari Tradisional Thailand

Sorry, baru posting lagi. Soalnya lagi banyak tugas sekolah. Ada "request" dari temen, nih. Moga bermanfaat, yach :)


A. Tari dari Thailand Tengah


1. Sri-Nuan
Adalah tarian khas Thailand Tengah. Tari ini cukup populer karena koreografinya yang indah dan manisnya musik yang menyertainya. Lirik dan musik dalam tarian ini mampu membangkitkan sifat manis dan keanggunan gadis Thailand. Tarian juga merupakan ekspresi kerinduan seorang pemuda yang dikarenakan oleh pesona yang begitu besar.



2. Teut-Teung (Drum Dance) 
Drum teut-Teung, alat khas yang digunakan dalam musik rakyat Thailand, dimainkan di seluruh negeri untuk mengiringi parade yang diadakan di festival tradisional di Thailand. Konon, gaya modern dari tarianTeut-Teung diciptakan oleh beberapa guru musik di Thailand.


3. Tari Petani 
Ini adalah tari modern yang dibuat oleh Departemen Kebudayaan Thailand. Para penari memakai kostum beras petani tradisional dan tari itu sendiri menampilkan kegiatan sehari-hari para pekerja yang menjadi tulang punggung bangsa Thailand: petani. Tarian ini dimulai dengan koreografi membajak dan menabur ladang. Ceritanya, dalam tarian ini, mereka yakin bahwa beras yang mereka tanam akan tumbuh dengan baik. Kemudian mereka berkumpul bersama untuk berdoa ke Mae Po Sop, dewi yang melindungi padi tumbuh. Terakhir, panen dirayakan dengan lagu-lagu dan menari.


4. T̀xs̄ū̂ kạb thæ̀ng s̄ận læa raya yāw læa mī dab 
     (Perang dengan Tongkat dan Pedang)
Entah apa nama tarian ini di daerahnya. Tapi tarian ini terinspirasi oleh jenis tempur yang khas Thailand, di mana  tongkat dan pedang adalah alat yang digunakan. Penggunaan yang terampil dari tongkat pendek tergantung pada kelincahan penari (atau pejuang yang bertempur) yang harus menyerang dan tetap dekat dengan lawannya. Sedangkan pejuang yang mengambil tongkat panjang harus menjaga jarak tertentu dari saingannya untuk menggunakan senjata secara efektif. Seni pertempuran pedang telah dipraktekkan di Thailand sejak zaman dulu dan tarian seremonial ini biasa ditampilkan sebelum pertempuran.


B. Tari dari Thailand Utara

1. Fon Sao Mai (Tari Tenun Sutra) 
Adalah jenis tari di Thailand bagian utara. Hal ini dilakukan dalam kelompok-kelompok dan memiliki gerakan sangat lambat, anggun, dan hampir meditatif. Fon Sao Mai menggambarkan profesi tradisional perempuan Thailand utara yaitu penenun kain sutra. Tarian ini meniru proses yang berbeda dari sutra dan tenun. Pada generasi selanjutnya, produksi sutra adalah salah satu industri rumahan yang sering ditemukan di utara dan timur laut Thailand  serta negara tetangga, Laos.

2. Tari dari Nantha-Peri dan Pu-Cha Drum 
Tari nantha-peri merupakan karakteristik drum dari wilayah utara Thailand, yang digunakan untuk dua tujuan: untuk memacu prajurit sebelum pertempuran dan untuk memberi penghormatan kepada Sang Buddha dalam agama upacara. Para pu-che, di sisi lain, adalah jenis drum yang digunakan oleh suku-suku yang hidup di Thailand bagian utara, yakni  Tay Yai,  Tai Lue dan Tay Yan. Ini digunakan untuk mengiringi tarian termasuk Tari Pedang, dan Tarian Raja Kai Lai.



3. Tari Pedang 
Tarian ini terinspirasi oleh seni bela diri kuno yang membutuhkan keberanian luar biasa dan kekuatan, dan refleks yang sangat baik. Para penari keseimbangan jumlah pedang yang pada bagian yang berbeda dari tubuh mereka sementara melawan saingan mereka dengan selubung pedang.

4.  Tari Lilin
Tarian khas dari suku Kheun (baca:kun) di Thailand ini, dilakukan untuk menghormati Sang Buddha. Para penari wanita memberi hormat kepada dewa-dewa yang melindungi delapan poin kardinal di bumi dan para penari juga melewati lilin-lilin ini sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Buddha.

5. Choeng Tua Auk-son
Tarian ini, dilakukan untuk menghormati Buddha, ditandai dengan sebuah koreografi yang kompleks terinspirasi oleh bentuk kaligrafi dari huruf kuno ayng berasal dari wilayah utara Thailand dan juga terinspirasi dari gerakan-gerakan yang digunakan dalam seni bela diri Thailand.


C. Tari dari Thailand Timur Laut

1.     Serng Kratip Khoa
Tarian ini dipentaskan selama perayaan tradisional. Biasanya kata “serng” ditambahkan ke nama objek domestik yang digunakan di atas panggung oleh para penari. Dalam Kratip Serng, para penari membawa keranjang nasi yang khas, yang dikenal sebagai kratip. Gerakan mereka meniru orang-orang perempuan yang membawa makanan untuk para pria yang bekerja di ladang. Koreografinya diiringi musik dengan ritme yang terdengar hidup. Instrumen yang digunakan adalah drum yang panjang, charb (cymbal), ambil (semacam kastanyet)mong (gong), dan kahen (seperti jarum suntik kuno).




2. Serng I-San
Tarian rakyat ini umumnya dilakukan pada festival tradisional.Koreografi ditampilkan kepada para penari yang mengenakan kostum berwarna cerah, dan mengungkapkan semua  sukacita perayaan.



3. Fon Phu Thailand
Tarian ini merupakan bagian dari upacara pendamaian yang dilakukan oleh suku Phu di Thailand, yang tinggal di wilayah Timur Laut Thailand. Musik yang menyertainya dimainkan dengan instrumen khas seperti ching gong (drum suku), bersama dengan drum dan pipa lainnya. Ching gong memainkan bagian penting karena untuk menetapkan ritme tarian.

4. Serng Krapo (Tari Kelapa
Krapo adalah kata untuk kelapa dalam dialek Timur Laut. Tarian ini menggambarkan kegiatan dari sekelompok gadis yang sudah boleh menikah dari bagian selatan wilayah tersebut, yang dikenal sebagai I-San atau Aisan. Para penari memegang dua batok kelapa dan melakukan gerakan koreografi yang rumit dengan kedua batok kelapa itu. Seperti menggetarkan, melempar, atau menekan batok-batok itu dengan ringan. Tarian ini sering disertai oleh suara thepong lang, semacam gambang khas Thailand yang terbuat dari kayu dan disusun menurut skala musik.

5.  I-San Bantheong (The Happiness I-San)
Tarian ini adalah serangkaian tarian rakyat yang biasanya dilakukan pada acara-acara meriah. Koreografinya  berupa gerakan-gerakan yang cepat dan harmonis dengan disertai lagu-lagu rakyat yang terkait dengan wilayah Timur Laut.

6.  Pong Laang
Tarian ini berasal dari timur laut Thailand. Musik pengiringnya memiliki ritme yang menyentak dan cukup cepat sesuai dengan gerakan tarinya yang sangat dinamis dan energik, itulah yang menyebabkan tari ini mendapat daya tarik tersendiri.

7. Serng Tang Wai
Tarian ini berasal dari timur laut Thailand, dan biasanya disiapkan pada peristiwa tertentu, seperti festival atau pertukaran budaya. Seperti tari tradisional lainnya, Serng Tang Wai mempunyai gerakan yang dinamis dan energik, biasanya tarian ini dibawakan 4-6 orang wanita.


D. Tari dari Thailand Selatan


1. Tari Nora Nora, adalah tarian tradisional Thailand Selatan (dalam bahasa Thailand Selatan disebut "Chatri"), yang menampilkan legenda dari berbagai daerah di Thailand dengan versi yang berbeda. Koreografi dari tarian Nora bervariasi dari daerah ke daerah, tetapi umumnya terdiri dari 12 posisi dan 17 gerakan.2. Nora Tua Oon, merupakan versi Tari Nora yang sangat halus dan klasik. Tari ini membutuhkan keterampilan interpretatif besar dan pengalaman. Agar dapat mahir dalam tarian ini, penari harus belajar sejak usia sangat muda, sehingga tubuhnya dapat mencapai fleksibilitas yang diperlukan untuk melakukan gerakan rumit dalam tarian ini. Para penari perempuan, pada kenyataannya, mengikuti  latihan dan disiplin yang ketat
3. Kien Pral Ram - Yieb Louk Manao - Ram Ko Soet, adalah tingkat lanjutan dari tarian Nora yang biasanya dilakukan selama kompetisi antara dua kelompok penari.Untuk mengintimidasi kelompok tandingan, penari pria menyerang sebuah patung. Dalam versi yang dikenal sebagai Yleb Louk Manao, tokoh protagonis perempuan menggunakan tiga buah lemon yang melambangkan hati para saingan.Tarian ini dilakukan sebagai tanda kemenangan. Dalam tarian berikutnya, tokoh protagonis perempuan meminta Pran, Si pemburu, untuk memberikan sebuah mahkota sebagai simbol kemenangannya itu. Ini adalah ritual seremonial yang dilakukan untuk menghina saingan dan untuk mendorong anggota kelompok, dan ditandai oleh kesucian tertentu, seperti dapat dilihat dari gaya tarian.
4. Ram Nora Klong Hong, merupakan tingkat lanjutan dari Tari Nora yang dilakukan hanya pada kesempatan penting. Penari perempuan memainkan peran Hong atau Kinnaree - makhluk legendaris yang setengah wanita dan setengah burung. Sebagian episode dari Tarian  ini didasarkan pada legenda Prasuton-Manora. Ceritanya, ada tujuh Kinnaree  yang bermain di danau di tengah hutan yang  sangat mengagumi oleh keindahan dan kebahagiaan mereka. Pran Boon, Si pemburu, mengejar gadis-gadis dalam upaya untuk menangkap "yang termuda". Gerakan tarian yang paling utama adalah pada saat Pran Boon mengejar Kinnaree, saat Kinnaree yang termuda itu mencoba untuk melarikan diri. :)

Pengaruh Musik Pada Bidang Lain


Kali ini, we’ll be serious! Jadi pahami kata-katanya dengan baik, resapi betul-betul dengan sepenuh hati. Tapi awas! Meresapi-nya jangan sampe kebablasan, ntar bisa-bisa… kentut! (Hehee…) Jadi hati-hati aja kalo bahasanya tinggi. Saking tingginya sampe-sampe tuh atap rumah bisa jebol.
Nah, selamat membaca J:


(Cuy,) Masih banyak karier-karier di luar bidang musik yang sangat memerlukan kesabaran, ketelitian, ketekunan, keterampilan, dan ketabahan dari seseorang yang pernah dilatih sebagai musisi. Salah satu contoh dari karier-karier yang demikian adalah bidang kedokteran di Amerika Serikat misalnya. Banyak para mahasiswa yang mengambil program S1 jurusan musik, sebelum melanjutkan ke dunia kedokteran.
Universitas-universitas kedokteran yang ternama di dunia, misalnya Johns Hopkins University , lebih mengutamakan calon-calon mahasiswa yang memiliki latar belakang dalam bidang musik untuk diterima di Universitas mereka. Apalagi untuk para mahasiswa yang ingin menjadi ahli bedah di kemudian hari. Ini mungkin karena mereka tahu bahwa orang-orang yang pernah belajar musik biasanya tahan banting dan sangat teliti dalam mengerjakan segala sesuatu.  
Professor Piano di Westminster Conservatory of Music di Princetown, DR Hendry Wijaya, sering diminta murid-muridnya untuk menulis surat rekomendasi kepada Universitas-universitas yang mereka daftar, walaupun untuk jurusan di luar musik.
Para musisi sudah terbiasa dilatih untuk memperhatikan hal-hal yang sangat kecil atau mendetil untuk membuat musik yang mereka bawakan itu menjadi lebih berarti. Musik yang kelihatannya sangat sepele pun harus dibawakandengan pengertian yang sangat dalam.
Selain itu, para musisi biasanya memiliki hati yang lebih lunak dan sabar untuk menghadapi segala macam masalah. Mungkin karena itu, banyak Universitas yang lebih mengutamakan orang-orang yang berlatar belakang musik.
(Akhirul kalam, That’s all)